Rabu, 25 April 2012

Surat Kecil untuk Mamah

Mah…
Di keseharian kita, kita tahu bahwa kita bukan tipe orang yang sering mengumbar kata untuk mengungkapkan apa yang kita rasa.
Antara kita.. hampir tak pernah ada kata maaf untuk meminta maaf. Biasanya setelah masalah selesai atau amarah usai, kita akan berlaku lagi seperti semula, mesra, walaupun tanpa ada kata maaf. Paling, setahun hanya dua kali kata itu terucap, setiap usai shalat ied. Selebihnya, tidak pernah!
Antara kita.. hampir tak pernah ada kata terima kasih untuk segala jasa yang telah kita toreh. Biasanya kita akan menganggap semua yang telah kita lakukan itu adalah kewajiban, kewajiban anak kepada ibunya, maupun sebaliknya, kewajiban ibu kepada anaknya.
Semua ini berjalan terus, mengalir begitu saja. Hingga kini. Kadang aku ingin menyudahi tradisi yang telah mengakar ini antara kita. Kadang aku ingin memulainya, mengungkapkan semua yang ingin ku sampaikan untukmu, Mah. Tapi aku tak tahu, harus memulainya dari mana?
Maka, lewat surat inilah, aku ingin memulainya, Mah. Selagi masih ada waktu tersisa untuk kita. Aku ingin mengungkapkan semuanya…


Terima kasih…
Atas semua ketegaran yang kau tunjukkan padaku. Semoga, kelak aku bisa menjadi wanita setegar engkau yang tak pernah takut menghadapi ujian kehidupan ini.
Terima kasih…
Atas semua ketulusan yang kau berikan padaku. Semoga, kelak aku bisa menjadi ibu setulus engkau yang tak pernah berhasrat untuk dibalas segala kebaikannya.
Dan juga,
Maaf…
Atas segala air mata yang mengalir karena sikapku yang  tak sepatutnya padamu, karena harapanmu atasku yang belum juga ku penuhi, dan karena ketidak pekaanku pada perasaanmu.
Maaf…
Atas segala kata berharga dari dalam hatimu yang sering kusiakan, tak kuamalkan, bahkan kadang tak kudengarkan. Kuanggap itu semua sebagai ocehan dan omelan, bentuk dari kekesalan dan kebencianmu padaku. Kini ku tahu, itu adalah harta karun berharga untukku arungi kehidupan mendatang.
Mah…
Aku cuma ingin Mamah tahu, kalau aku juga sangat menyayangi Mamah…
Di balik semua kecuekanku, ketakpedulianku itu…
Aku selalu, selalu mengingat Mamah di setiap do’aku.
Kuharap, Mamah pun begitu, selalu…

Loving you as always, Mom.
Riana Yahya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar