Kamis, 31 Mei 2012

Kaos Kaki ^^


Kaos kakinya mana, de?

Begitu kira-kira pesan singkat yang dikirim oleh kakak kelas saya ketika kami sedang kumpulan reuni alumni SD di rumah saya, Januari 2011 lalu. Dengan muka bersemu merah, saya otomatis langsung ngibrit ke kamar saya setelah baca sms tersebut.

Afwan, ka. Tadi habis dari kamar mandi, lupa di pake lagi, hehe.

Balas saya, jujur.



Saat itu saya ingat betul, saya ini baru mulai belajar beradaptasi untuk memakai kaos kaki. Sebelumnya, outfit favorite saya masih seperti kebanyakan remaja di lingkungan saya; jeans, kaos, dan sandal –tanpa kaos kaki. FYI, saya tidak pernah mondok di pesantren manapun, ikut rohis di sekolah negeri saya pun tidak. Jadi, bisa kalian tebak lah, secetek apa pemahaman saya tentang Islam saat itu.

Lalu, dari mana saya mengenal kaos kaki ini? Ceritanya bermula dari keikutsertaan saya pada sebuah forum kepenulisan terbesar di negeri ini, Forum Lingkar Pena (FLP). Waktu pertama kali ikut pelatihan, bahkan saya bingung sendiri, ini forum kepenulisan apa pengajian? Hehe. Habisnya, hampir semua wanitanya memakai rok, baju longgar, jilbab lebar, dan... kaos kaki!

Nah, dari sini lah saya mulai ta’aruf dengan si kaos kaki. kenapa sih harus pake kaos kaki? Ternyata jawabannya simple kok, dan seharusnya anak SD juga udah ngerti. Yap, karena aurat wanita adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangannya. Seperti ini penjelasan dari tauladan kita, Nabi Muhammad:

Wahai Asma’ sesungguhnya seorang wanita itu apabila telah baligh (haidh) maka tidak boleh baginya menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini, seraya menunjukkan wajah dan telapak tangannya.” [HR Abu Dawud]

Jadi, kaki juga termasuk aurat wanita yang wajib ditutupi, kan? :)



Sayangnya, perihal kaos kaki ini sering dianggap sepele oleh banyak kaum wanita, entah karena tak tahu atau tak mau tahu. Makanya, saya terketuk untuk menulis unek-unek ini.

Firstly, mungkin memang nggak mudah untuk menjalankan kebiasaan baru memakai kaos kaki. saya pun merasakannya. Kadang suka kelupaan, seperti cerita saya di awal tadi. Kadang juga suka wararegah (haduh... apa ya bahasa Indonesianya? Se-ordo sama males lah ;D). Kadang malah diliatin dengan pandangan agak “aneh” sama orang lain, “Nih orang, pake sandal kok tapi pake kaos kaki, sih?” haha. Biarin aja deh... enjoy aja. Niat kita liLlahita’ala, jangan terlalu peduliin celaan ataupun pujian dari orang lain, ok?! Anjing menggonggong, kafilah berlalu, kata peribahasanya mah.

InsyaAllah dengan niat yang kuat; untuk melaksanakan perintahNya, semua akan dipermudah olehNya dan lama kelamaan akan menjadi habit yang sudah menempel. Seperti yang sudah terbiasa pakai kerudung, kalau keluar rumah nggak pakai kerudung, malu kan? 

Begitu juga nanti kalau sudah terbiasa pakai kaos kaki. kalau nggak pakai rasanya ganjil, aneh, malu. Bahkan kalaupun kaos kakinya basah karena hujan atau kena becek, kita nggak akan rela ngelepasnya. Pasti dibela-belain tetep pakai kaos kaki basah itu walaupun resikonya kaki kedinginan dan masuk angin. Hehe. Trust me! ;D

30 Mei 2012
With Love,
Riana Yahya



Sabtu, 26 Mei 2012

Hitamku untuk Palestina

20 Mei 2012, saat siang terik di tengah tanah lapang itu...

"Kenapa? Takut panas?" Sang koordinator menanyai kami yang terlihat bercucur keringat. Kami sedang duduk menutupi kepala kami dengan kantong biru, kantong yang seharusnya dipakai untuk menampung infaq para ikhwah untuk Palestina. Ya, kami memang sedang beristirahat sebentar, sambil menyeksamai konser amal yang sedang berlangsung di panggung besar berlatar hijau itu.



"Nggak..!" Saya tersenyum sebentar sebelum menjawab pertanyaan itu.

"Takut item?" Nada tanyanya masih sama seperti tadi. Membuat yang ditanya harus berpikir keras, ini tanya pedulikah, atau tanya sindir mengejek? Ah.. husnudzan sajalah.. :)

Sebelum sampat saya jawab pertanyaan keduanya, dia melanjutkan lagi, "Ya.. jangan item-item lah kalau masih single, kalau saya sih gak apa-apa, udah laku. Hehe," Kali ini komentarnya diselingi tawa kecil bernada guyon. Kami yang 'merasa' dituju pun otomatis tergelak tawa.

Dari guyonan sang koordinator tim sunduq tadi, saya tetiba berpikir: "Masih adakah ikhwan yang 'menimbang' seorang akhwat dari warna kulitnya?" Jawab saya di dalam hati masing-masing ya..! Sekali lagi, saya memilih untuk tidak mau bersu'udzan :)

Hitam? Siapa takut? Masih inget iklan ini? Hehe. Nggak perlu takut hitam lah.. saya sih yakin, ikhwan yang baik nggak akan mempermasalahkan hitamnya kulit akhwat, kalau peng-hitam-annya ini dilakukan untuk fisabilillah, insyaaLah :)



Sungguh.. ini belum ada apa-apanya kan, ukh? Di sini, kita masih hanya bercucuran keringat, sedang di Gaza sana, mereka bercucuran darah syahid. Di sini, kita masih hanya 'diserang' terik matahari, sedang di Palestina sana, mereka diserang peluru, bom, dan mesiu oleh zionis-zionis laknatuLlah. Jadi, perjuangan kita siang itu, kita insyafi, belum ada seujung kukupun dari perjuangan mereka. Pantaskah kita mengeluh sedang mereka yang di sana pun tidak? Tidak!!

Lalu kami bangkit dari peristirahatan, berkeliling lapang lagi, 'menjemput' uluran tangan -insyaaLlah- para penghuni syurga yang hartanya dipakai untuk berperang membela agama Allah.

pict from: http://www.iswandibanna.com

Karawang, 20 Mei 2012
With Love,
Riana Yahya

Minggu, 13 Mei 2012

Untukmu, Para Feminisme


Berteriak!
Menuntut kesetaraan
Sedang Islam memuliakanmu dengan sangat nyata;
Islam menganugerahkan surga itu di bawah kakimu, bukan kakinya

Berteriak!
Menggugat kesetaraan
Sedang Islam menyamakan pahala jihadnya
dengan berdiam dirimu di rumah mengurus keluarga



Bagaimana ku tak habis pikir atas pikirmu, hai Wanita?!
Untuk apa (lagi) kau berteriak?
Bukankah Dia telah ingatkan kita,
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.4:32)
Tak cukupkah itu bagimu, wahai para feminisme?!
 “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaumwanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagianmereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telahmenafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS.4:34)
Tak ridho kah kau dengan ketetapannya ini, wahai para feminisme?!

Atas penolakan RUU KKG,
Riana Yahya




Minggu, 06 Mei 2012

“Rasulullah, Rinduku”


Ya Rasulullah...
Cintaku tak berujung padamu
Rinduku tak bertepi untukmu

Ya Rasulullah...
Engkau cahaya diatas cahaya
Penerang kegelapan gulita tak beradab

Ya Rasulullah...
Kususuri sirahmu... jejak demi jejak lelahmu
Siang demi siang... kesana kemari, berbisik berseru
Untuk sampaikan risalah nan sungguh agung

Ya Rasulullah...
Kususuri sirahmu... langkah demi langkah payahmu
Yang berbalas cacian dan hinaan
Timpuk batuan dan kotoran

Ya Rasulullah...
Aku tahu engkau sangat lelah, jiwa maupun raga
Aku tahu engkau sangat payah, lahir maupun bathin

Tapi engkau tak pernah terhenti, terus dan terus menebar cahaya
Ke seluruh penjuru alam semesta
Tak peduli seberapa pun duri yang harus kau injak

Ya Rasulullah..
Aku tahu betapa cintamu kepada kami
Aku tahu betapa khawatirmu tentang kami
Ketika kau berlirih, “ummati.. ummati...,” dipenghujung usiamu

Inginku bersegera menemuimu, untuk melepas rindu
Menjawab panggilanmu itu...
“Aku umatmu, Ya Rasulullah..., Aku umatmu.”
Nan mengharap syafa’atmu...