Jumat, 22 Juni 2012

Pengajar Muda


Saya kira ini adalah efek dari mambaca buku “Indonesia Mengajar”, semangat saya untuk menjadi pengajar muda begitu menggebu. Adalah mulia, mengabdi ke pelosok nusantara untuk mencerdaskan tunas bangsa yang terbilang masih jauh tertinggal dari peradaban dunia luar. Tentu dituntut tekad, perjuangan, pengorbanan, dan keikhlasan untuk itu.



Saya hampir yakin, bahwa setiap orang yang telah membaca buku Indonesia Mengajar akan berpikir tentang hal yang sama, “Saya ingin menjadi pengajar muda!!” begitupun saya. Tapi sayangnya, tak sembarang orang yang bisa menjadi pengajar muda. Selain harus mengikuti seleksi yang super duper ketat dan menggugurkan beribu pendaftar pengajar muda lainnya, salah satu syarat menjadi pengajar muda adalah sarjana, it means sudah lulus kuliah, sedangkan saya baru akan menginjak semester ketiga sekarang ini. Hufffftttt... -,-“

Tapi bukan Riana namanya kalo nggak cari jalan alternatif lain, hehe.. ;D Kalau sekarang belum bisa ke pelosok negeri, kenapa tidak ke lingkungan sekitar rumah dulu ajaa??! Kebetulan, tak jauh dari rumah ada PAUD yang dikelola oleh guru madrasah saya dulu. Singkat cerita, melamarlah saya ke Ustadzah Teti –Sang pengelola PAUD– dan Alhamdulillah.. diterima. Yey...!! :D

***

Saya ingat sekali, pagi itu, selasa 12/6 ketika saya memasuki madrasah yang sekaligus difungsikan sebagai kelas PAUD, suasana sudah ramai oleh suasana riang anak-anak yang sedang bernyanyi. Saya –yang datang agak telat– langsung dengan PEDEnya mengambil tempat di depan anak-anak dan ikut memandu mereka bernyanyi bersama Ustadzah Teti. Semua anak terlihat keheranan atas kedatangan “makhluk asing” ke sekolah mereka. Hihi.. Saya maklum, balas saja tatapan tanda tanya mereka itu dengan senyum bersahabat :)
Setelah sesi nyanyi selesai, anak-anak ini dibagi menjadi 3 kelompok belajar sesuai dengan umur dan kemampuannya. Saya kebagian kelas paling bungsu, yang isinya kebanyakan adalah anak usia 3 tahun dan kemampuannya paling minim dibanding yang lain. Ini foto mereka..



Bagaimana perasaan saya ketika pertama kali bertemu mereka? Wooooww..!! I can’t explain that with a single world, apalagi pas mereka manggil, “Ibu...!!” aaaaakk.. :’) *seriusan deh itu air mata udah penuh di pelupuk, tapi ditahan karena takut ada anak yang nanya, “Ibu kenapa?” nah loooh!*

Sebenarnya, saya hanya memberikan sedikit yang saya bisa untuk anak-anak ini, mereka lah sesungguhnya yang memberikan saya banyak sekali pelajaran... tentang bagaimana baiknya berinteraksi dengan mereka, tentang bagaimana membangun jembatan bathin antara saya dan mereka, tentang bagaimana menghadapi karakter setiap anak yang tentunya berbeda-beda, dan masih banyak lagi...

Ya, terima kasih anak-anak, kalian telah mengajari ibu tentang segala hal itu, izinkan ibu terus belajar dari kalian, untuk menjadi seorang ibu ysng baik, anak-anakku.. :’)


With Love,
Raina Yahya