Jumat, 27 Juli 2018

It’s Not A Joke, It’s Sexual Harassment!


Cr Pict: NYC Commission on Human Rights




Topik mengenai sexual harassment kembali hot jadi perbincangan, ba’da viralnya video Young Lex yang mengomentari foto Lisa Black Pink. Entah yaaa emang udah kebiasaan orang satu itu buat ngomong kotor atau emang bahan marketing aja, secara public image yang dibangunnya aja udah as a badboy. Bagi yang belum tau beritanya, saya jelasin dikit ya, jadi di videonya pas Young Lex unboxing album Square Up punya Black Pink, dia nyeletuk pas liat foto Lisa “bisa nih buat bac*l” alias bahan c*li yang bisa diartikan sebagai bahan untuk melakukan masturbasi. Emang sih di videonya juga dia sambil ketawa-tawa gitu, but it’s not funny at all, man! Karena itu udah termasuk verbal sexual harassment atau pelecehan seksual secara verbal.


“Menurut Komnas Perempuan, pelecehan seksual merujuk pada tindakan bernuansa seksual yang disampaikan melalui kontak fisik maupun non-fisik, yang menyasar pada bagian tubuh seksual atau seksualitas seseorang. Tindakan ini termasuk siulan, main mata, komentar atau ucapan bernuansa seksual, mempertunjukkan materi-materi pornografi dan keinginan seksual, colekan atau sentuhan di bagian tubuh, gerakan atau isyarat yang bersifat seksual, sehingga mengakibatkan rasa tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan martabatnya, dan mungkin hingga menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan.” (dikutip dari laman hellosehat.com)


Sayangnya nih, cuma sedikit orang yang aware sama sexual harassment ini. Kebanyakan menganggap itu sebagai hal lumrah yang seakan sudah atau harus dimaklumi, “Yaa cowok emang gitu, wajar kali!” Huft! Ya kalo objeknya binatang atau benda mati sih silahkan aja, tapi kalo objeknya wanita, sosok yang harusnya lo lindungin dan hargain, oh come on! Nggak kepikir apa, coba kalo kakak atau adik perempuan lo yang dikayak gituin, gimana rasanya?


Kita bahas dari hal terkecil yang sering kita temuin deh; catcalling, godain cewek yang lewat. Udah jadi budaya kayaknya dari cuma nyapa dengan salam, sampe ngegoda yang bikin annoyed. Saya sendiri ya, walaupun sudah berpakaian rapih, kerudung menutup dada, masih belum terbebas dari sexual harassment semacam ini. Biasanya sih ya cuma salam aja, jadi paling saya diemin dengan wajah ketus. Lah kan jawab salam wajib hukumnya? Senyum juga sunnah. Not for everyone, girls! Jaga harga diri, lebih baik di cap sombong dari pada gampangan. Etapi ini buat stranger ya, jangan tetiba besok-besok kalo temen apalagi atasan lo nyapa terus dicuekin gituuu -____-“


Nah, cewek yang berpakaian rapih aja masih kena, berarti emang cowoknya aja kan yang berengsek? Hhmmm… bener juga sih, cowok yang kayak gitu emang berengsek. Da cowok yang baik mah nggak mungkin atuh ya ngegodain cewek kayak gitu. Tapi ya girls, kalo kita perhatiin lagi, cara berpakaian kita juga bakal memepengaruhi “niatan” mereka. Kalo nggak percaya coba aja tanyain temen kalian yang berpakaian tertutup sama yang berpakaian seksi, pasti yang seksi akan lebih sering mendapatkan sexual harassment dibanding dengan yang berpakaian tertutup.


Udah jadi perdebatan yang cukup lama soal salah-menyalahkan ini. Yang cowok nyalahin cewek karena pakaiannya. Yang cewek nyalahin cowok karena otaknya. Semua ambil bagian sih kalo menurut saya. As we know yaa, setiap cowok emang punya hasrat untuk tergoda sama cewek, itu emang dari sananya, udah fitrahnya. Setiap cewek juga punya hasrat untuk tampil cantik, buat sebagian cewek mungkin dengan tampil modis atau seksi. Tapi mbok ya bedanya kita sama BINATANG kan cuma satu ya, kita dianugerahkan akal pikiran untuk mem-filter hasrat di diri kita. Yang cowok mangga lah kalo mau godain, godain aja istri sahnya, jangan istri orang. Yang cewek mangga tampil seksi di depan suami sahnya, jangan di hadapan semua orang. Sama-sama saling “menahan diri” agar sexual harassment  itu nggak terjadi sama kita atau di lingkungan kita.


Sexual harassment yang sering lagi kita temui dan maklumi adalah obrolan atau candaan seksis. Ini parah sih, dan kamu dapat menemukannya dimana aja; media online, cetak, TV, bahkan di lingkungan terdekat. Dan itu dianggap WAJAR, candaannya di-KETAWA-in dianggap LUCU. Padahal nggak sama sekali, yang ada hanya MERENDAHKAN wanita yang seringnya dijadikan objek.


Saya sendiri, walaupun tidak pernah mendengar saya dijadikan objek seperti itu (mungkin kalo denger langsung saya semprot atau ludahin sekalian orangnya), tapi merasa sangat tidak nyaman kalau obrolan di tongkrongan temannya teman saya (karena inner-loop saya kebanyakan adalah orang-orang yang jauh dari obrolan seksis) mengarah ke hal-hal tersebut, even yang katanya cuma BERCANDA. Saya tidak pernah tertawa akan leluconnya, saya akan pasang muka ketus, dan pura-pura tidak mendengarkan dengan sibuk main hp. Setelah itu saya akan ngomong langsung biasanya ke teman saya, bahwa saya tidak nyaman dengan obrolan mereka. Dan di kemudian hari teman saya mencoba mengalihkan pembicaraan jika obrolan udah nyerempet ke arah seksisme.


“Candaan seksis kemudian terinternalisasi dalam komunitas masyarakat. Ia mewujud dalam laku menjadikan perempuan sebagai warga kelas dua, yang bisa banget diobyek-obyekkan tubuh maupun seksualitasnya untuk ditertawakan. Seksisme dianggap wajar, sehingga timbul sikap diskriminasi terhadap perempuan.” (dikutip dari laman voxpop.id)


Kayak gimana sih candaan seksis? Ambil contoh lah ya yang sering kita denger, “Ayamnya paha atau dada? Dada. Mau ukuran berapa? Cup A apa B?” Kan sakit ya nih orang.


Iya, separah itu sekarang budaya masyarakat kita, sampe-sampe cowok yang nggak ketawa kalo bahas candaan seksis, bakal disangka nggak normal. Cewek yang marah dengan candaan seksis dibilang nggak asik. Iya iya, udah separah itu lokalitas masyarakat kita sekarang, di luar tereak-tereak soal kesetaraan dan anti diskriminasi, padahal obrolan di tongkrongan masih nginjek-nginjek harga diri wanita. Duh!


“Pada akhirnya, hal seperti ini bermuara kembali pada ketimpangan gender yang diakibatkan oleh kuatnya konstruksi patriarki di dalam masyarakat. Perempuan diperlakukan sebagai objek dan diperlakukan sebagai manusia subordinat di bawah laki-laki.” (dilansir dari laman ksm.ui.ac.id)


Tips nih buat cewek-cewek, selugu-lugunya kamu, you have to know what hot topic in guys room atau sekedar tau istilah-istilah seksis mereka. Buat apa? Jaga-jaga jangan sampe kamu lagi jadi bahan candaan seksis mereka dan kamu nggak nyadar itu.  


In the end, as a woman, saya mengajak wanita lainnya buat nggak diem aja kalo ngalamin sexual harassment, even itu cuma catcalling atau candaan seksis. Kalian akan terus digituin kalo kalian nggak bersikap. Let’s action, bisa dari pasang muka ketus, ngomong baik-baik kalo kalian nggak nyaman digituin, atau maki-maki mereka di depan umum juga nggak papa, you’re in the right side, girls! So just speak up aja kalo emang nggak ketahan amarahnya, mereka juga kok nanti yang malu. Bahkan kalo udah sampe ke physically menyakiti kamu, laporin aja ke pihak yang berwajib, nggak usah malu. Jangan simpen masalahnya sendirian.


And as a human, mau berpesan untuk para lelaki, yang dilahirkan dari ibu seorang wanita, yang mungkin memiliki adik, kakak, atau saudara wanita, yang nantinya akan memiliki istri seorang wanita; perlakukan wanita dengan sebaik-baiknya. Karena bisa jadi hal itu terjadi pada salah satu wanita yang sangat kamu cintai, maka jaga mulai dari akal pikiran kalian sendiri, then to the next level, bisa mulai ingatkan teman-teman satu tongkrongan, agar nantinya bisa terwujud lingkungan aman dan nyaman yang bebas dari sexual harassment.  


 


Regards,


Riana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar