Senin, 04 Agustus 2014

First Meet (Flash Fiction)

Agashi, igeo..” seorang ajumma menjulurkan setusuk sosis yang dibalut kentang goreng yang dibentuk spiral.

Gamsahabnida ajumma, hajiman...” ah, bagaimana aku harus mengucapkankannya, bahwa aku seorang muslim dan aku takut jika makanan yang diberinya itu bukan makanan yang halal. Baru dua hari menginjakkan kaki di Negara ini, aku belum banyak tahu tentang bahasanya, bahkan aku belum bisa membaca huruf Hangul.

Joesonghabnida, jeoneun muslim, geuleohge nan  geogjeongeyo..” huaaa.. ngomong apa sih nih gue?! Belajar bahasa korea cuma modal dari nonton drama begini deh jadinya, bicara informal sama orang yang baru pertama kali jumpa dan lebih tua pun, nggak sopan banget! Urgh.. mian haeyo ajumma , nan eotteohge?

Jeo anmeoggo, joesonghabnida, geurigo gamsahabnida.” Aku membungkukan badan hingga 90 derajat menyerupai posisi ruku, meminta maaf tidak dapat mengambil makanan yang telah diberikannya.

Uri aideul…

Eomma…” seorang lelaki berteriak dari kejauhan, memotong kalimat yang belum diselesaikan ajumma  ini.

Tak memakan waktu lama, dengan langkahnya yang panjang-panjang lelaki itu sudah ada di depan kami. Berbicara kepada ibunya dengan aksen Seoul yang lucu. Aku tersenyum sendiri, melihatnya seperti di potongan drama yang kulihat di laptopku. Hanya ada satu dua kata yang aku mengerti, eodi berarti dimana dan gidalyeo yang berarti menunggu. Hmmm.. sepertinya lelaki ini meminta ibunya menunggunya di suatu tempat, tapi ibunya malah keluyuran menghampiriku.

I’m sorry, Did my mother make some trouble for you?Assa..!, berakhir juga pendiritaan gue, untung anaknya bisa bahasa inggris.

No, no. She just offering that food for me, but I can’t take that because I’m a muslim. I worried that food is not halal. Please tell her about that. I can’t explain that to her before, my Korean language is so bad.”

Yes, I understand.” Lalu lelaki itu menjelaskan kepada ibunya sambil sesekali tersenyum, pun ibunya.
Selesai percakapan ibu-anak itu, ibunya kembali menjulurkan sosis itu kepadaku.

Take that. It’s halal, it’s beef sausage, don’t worry. We’re muslim too.” Lelaki itu mengartikan maksud dari tatapan ibunya kepadaku.

Jinjja?” aku terlonjak kegirangan, tapi masih separuh tak percaya. Mereka muslim pertama yang kutemui di sini. Kemarin di acara penyambutan ayahku di kantornya, dari beberapa puluh karyawannya tak ada satu pun muslim. Aku pun akhirnya menggerutu kepada ayah-ibu, mengapa harus pindah ke Korea Selatan yang muslimnya menjadi minoritas, sulit mencari masjid dan makanan halal. Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah tugas dari perusahaan ayah. Korea sekarang menjadi salah satu Negara produsen barang elektronik tercanggih, hal ini tidak dapat dipungkiri.

Ne, Our family convert to Islam in 2009. I think Islam is our destiny. We feel peace, steady and blessedness in Islam.

Alhamdulillah, barakallah ya akhi..” mendengar tuturannya menerbitkan titik-titik basah di ujung mataku.

Jeogiyo…” ajumma  itu kini menjulurkan gembok, satu kepadaku dan satu untuk anaknya.

Aku dan lelaki yang belum aku tahu namanya itu, mematung sejenak. Tak lama kemudian kami tertawa bersamaan.

Aniyo, ajumma..anieyo” kami baru saja bertemu, bagaimana bisa ajumma  ini berharap terlalu banyak pada kami?

Eomma, geumanhe, hajima. Ah jinjja, nareul  waeirae?” Lelaki itu mengambil kedua gembok itu dan memasukkannya ke saku mantel. Mukanya memerah seperti kepiting rebus. Gwiyeobda! 

Kami berada di Namsan Tower saat ini. Di ketinggian 479.7 meter di atas gunung Namsan. Di menara ini ada sebuah kebiasaan dimana para pengunjung mengaitkan sepasang gembok lalu membuang kuncinya. Mereka mengibaratkan bahwa gembok itu adalah perwujudan dari cinta mereka yang telah terkunci dan tidak dapat dipisahkan lagi.

“Sorry, my mother.. hmm.. She wants have daughter in law that use hijab.  But in korea, that’s hard to find someone like… you…” 




Vocabulary
Agashi = Girl
Igeo = This
Ajumma = Auntie
Gamsahabnida = Thank you
Hajiman = But
Joesonghabnida  / Mian haeyo  = Sorry
Jeoneun / Jeo / Nan = I am
Geuleohge = So
Geogjeongeyo = Worry
Nan eotteohge? = What should I do?
Anmeoggo = Not eat
Geurigo = And / so
Uri aideul = My son
Eomma =  Mother
Assa! = Yeeess!
Jinjja? = Seriously?
Ne = Yes
Jeogiyo = Excuse me
Aniyo / anieyo = No
Geumanhe = Stop it
Hajima = Don’t do it
Nareul  waeirae? = Why you do it to me?
Gwiyeobda = So cute

Riana Yahya
Bekasi, 4-8-2014







Tidak ada komentar:

Posting Komentar