Mah…
Di keseharian
kita, kita tahu bahwa kita bukan tipe orang yang sering mengumbar kata untuk
mengungkapkan apa yang kita rasa.
Antara
kita.. hampir tak pernah ada kata maaf untuk meminta maaf. Biasanya setelah
masalah selesai atau amarah usai, kita akan berlaku lagi seperti semula, mesra,
walaupun tanpa ada kata maaf. Paling, setahun hanya dua kali kata itu terucap,
setiap usai shalat ied. Selebihnya, tidak pernah!
Antara
kita.. hampir tak pernah ada kata terima kasih untuk segala jasa yang telah
kita toreh. Biasanya kita akan menganggap semua yang telah kita lakukan itu
adalah kewajiban, kewajiban anak kepada ibunya, maupun sebaliknya, kewajiban
ibu kepada anaknya.
Semua ini
berjalan terus, mengalir begitu saja. Hingga kini. Kadang aku ingin menyudahi
tradisi yang telah mengakar ini antara kita. Kadang aku ingin memulainya,
mengungkapkan semua yang ingin ku sampaikan untukmu, Mah. Tapi aku tak tahu,
harus memulainya dari mana?
Maka,
lewat surat inilah, aku ingin memulainya, Mah. Selagi masih ada waktu tersisa
untuk kita. Aku ingin mengungkapkan semuanya…
Terima
kasih…
Atas semua
ketegaran yang kau tunjukkan padaku. Semoga, kelak aku bisa menjadi wanita
setegar engkau yang tak pernah takut menghadapi ujian kehidupan ini.
Terima
kasih…
Atas semua
ketulusan yang kau berikan padaku. Semoga, kelak aku bisa menjadi ibu setulus
engkau yang tak pernah berhasrat untuk dibalas segala kebaikannya.
Dan juga,
Maaf…
Atas
segala air mata yang mengalir karena sikapku yang tak sepatutnya padamu, karena harapanmu
atasku yang belum juga ku penuhi, dan karena ketidak pekaanku pada perasaanmu.
Maaf…
Atas
segala kata berharga dari dalam hatimu yang sering kusiakan, tak kuamalkan,
bahkan kadang tak kudengarkan. Kuanggap itu semua sebagai ocehan dan omelan,
bentuk dari kekesalan dan kebencianmu padaku. Kini ku tahu, itu adalah harta
karun berharga untukku arungi kehidupan mendatang.
Mah…
Aku cuma
ingin Mamah tahu, kalau aku juga sangat menyayangi Mamah…
Di balik
semua kecuekanku, ketakpedulianku itu…
Aku selalu,
selalu mengingat Mamah di setiap do’aku.
Kuharap,
Mamah pun begitu, selalu…
Loving you
as always, Mom.
Riana
Yahya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar