Bicara
jodoh, banyak orang bilang “Jodoh itu di tangan Allah”, ungkapan itu tidak
salah, tapi.. jangan keliru menginterpretasikan ungkapan tersebut. Nanti,
mentang-mentang jodohnya di tangan Allah, jadi kita hanya tinggal berpangku
tangan saja menunggu jodoh kita datang tiba-tiba dari langit. Lah, nggak
mungkin kan?? Kalau kita tidak berusaha mengambilnya dari tangan Allah, ya
jodoh kita juga akan terus ada disana…
di tangan Allah :D
Terus
gimana caranya ngambil jodoh kita yang masih di tangan Allah? Eiiits, tenang
tenang, sabar. Sebelum ngomongin itu, kita harus punya “objek”nya dulu nih. Jodoh
seperti apa sih yang paling diidam-idamkan para wanita?? Let’s check it out ;)
1. Bagus
Agamanya
Bagi
seorang muslimah, inilah hal yang terpenting. Mengapa demikian? Karena pasti
pria yang bagus agamanya, akan bagus pula akhlaknya.
Pernah,
ada orang bertanya kepada Al-Hasan r.a. mengenai calon suami putrinya. Kemudian
Al-Hasan r.a. menjawab, “Kamu harus memilih calon suami bagi putrimu yang taat
beragama. Sebab, jika dia mencintai putrimu, dia akan memuliakannya. Dan jika
dia kurang menyukainya, dia tidak akan menghinakannya.”
Pun
Rasulullah pernah bersabda teruntuk para ayah: “Jika datang kepada kalian orang
yang bagus agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia (dengan putrimu)!” (HR
Imam Tirmidzi dari Abu Hatim Al-Mazni).
Maka
Insya Allah jika kami memiliki jodoh yang bagus agama dan akhlaknya, hidup di
dunia ini akan terasa seperti surga sebelum surga J
2. Menerima
Apa Adanya
Mungkin
memang terdengar sangat klise, tapi ini juga penting menurut saya. Sekarang,
disaat masih ta’aruf, dalam masa perkenalan, mungkin kami -para wanita- masih
bisa menyembunyikan kejelekan-kejelekan kami didepan kalian -para lelaki-. Terlihat
dan bersikap sesempurna mungkin didepan kalian. Tapi kelak, apakah kami mampu
menyembunyikannya? Setiap saat? Setiap waktu? Nah, untuk itu sikap menerima apa
adanya ini sangat diperlukan. Syukur-syukur ketika sudah menikah kelak kami
bisa meminimalisir atau bahkan menghilangkan kejelekan-kejelekan kami itu, tapi
tetap saja, nobody’s perfect, kan??
Karena
kami tak sebijak bunda Khadijah. Akan ada saat-saat kami sangat menyebalkan, bertanya
kegiatan apa saja yang kalian kerjakan seharian diluar sana, ketika kalian
lelah baru saja pulang mencari nafkah. Kami mohon jangan marah jika hal itu
terjadi, karena sebenarnya kami hanya ingin tahu segala sesuatu tentang kalian.
We won’t lost anything about you. Jangan
membalasnya dengan nada tinggi, walaupun kami tahu kalian pun mungkin sedang
penat. Bijaklah saat menghadapi kami. Nasehatilah kami dengan suara yang
meneduhkan dan berhias senyuman. Karena bagi kami kalian adalah imam kami,
Insya Allah kami tidak akan membangkang perintah dan nasehat kalian selama itu berada
dalam koridorNya.
Karena
kami tak sesabar Fatimah. Akan ada saat-saat kami marah, menangis, mengomel,
tak terkontrol. Kami hanya wanita biasa yang saat masalah melanda, maka kami akan
membutuhkan seseorang untuk menumpahkan segala beban, menangis dipeluknya,
berharap untuk didengar dan diperhatikan sepenuh hati.
Karena
kami tak secerdas Aisyah. Akan ada saat-saat kami berbuat kesalahan-kesalahann
sebab pengetahuan kami yang kurang. Maklumlah untuk itu, ajari kami apa saja
yang kalian tahu, jangan bosan, jangan pernah bosan. Teruslah bimbing kami agar
kelak bersama.. kita menuju surgaNya.
3. Cinta
Tulus
Banyak
orang yang sudah pernah berumah tangga bilang, “Cinta itu hanya bertahan selama
6 bulan setelah menikah, setalah itu sisanya adalah toleransi”. Saya pun heran,
mengapa bisa seperti itu? Kebanyakan dari mereka, menghabiskan waktu dalam masa
pendekatan atau biasa disebut pacaran hingga bertahun-tahun. Selama itu mereka
bisa tetap menjaga bara api cinta mereka untuk tetap hidup, tapi mengapa saat
setelah disahkan dalam pernikahan, malah begitu cepat padamnya? Anybody know?
Karena
saya belum menikah, jadi saya rasa saya kurang berkompeten untuk menjawab
pertanyaan itu. Tapi yang saya tahu, setiap wanita pasti ingin sekali mempunyai
pendamping yang selalu mencintainya setulus hati, sepanjang hidupnya.
Ah, saya jadi ingat kata-kata Habibie saat sedang
ditanya para pewarta, ia menjawab, “Kami tidak mempunyai banyak saat itu, tapi
kami mempunyai masing-masing,” sambil menatap ke mata perempuan yang duduk
disampingnya, si gula jawa ‘Ainun. Dan hingga kini, kisah cinta mereka masih
abadi, mengukirkan sejarah.
Mungkin
nanti akan ada saat-saat kami akan terlihat buruk, ketika berjibaku di dapur
mempersiapkan hidangan untuk kita, atau ketika berpeluh keringat saat mencuci,
mennyetrika, dan membersihkan rumah kita. Pasti nanti akan ada saatnya kami
akan terlihat tak seperti kami yang kalian pinang dulu. Lama kelamaan kulit
kami akan mengendur, rambut kami pun akan memutih.
Nanti..
ketika saat-saat itu datang, kami mohon, janganlah pernah berpaling dari kami. Cintailah
kami setulusnya, seperti yang pernah kalian lakukan dulu, ketika pertama kali kalian
menjatuhkan hati pada kami. Atau bahkan lebih. Kami pun begitu. Bahkan kami ingin setiap
hari kami lewati dengan
selalu jatuh cinta kepada kalian. Imam kami.. pendamping hidup kami..
4. Kemandirian
Ekonomi
Kemandirian
ekonomi, last but not least. Salah satu tugas mulia suami adalah
mencari nafkah, Rasulullah bersabda, "Mencari rezeki yang halal adalah kewajiban
sesudah kewajiban shalat".
Bagi
kami, berkecukupan saja sudah cukup, tapi.. jika bergelimangan pun syukur. Bagi
kami, asalkan ada untuk sandang, papan, pangan, dan pendidikan anak kelak itu
sudah cukup, tapi.. kalau ada untuk naik haji dan traveling keliling dunia pun
syukur ;D
Kira-kira
itulah gambaran jodoh yang kami, para wanita idam-idamkan. Tidak banyak kan?
Hanya empat point saja :D
Ok,
sekarang kita masuk ke jawaban dari pertanyaan di awal tadi, gimana caranya
ngambil jodoh kita yang masih di tangan Allah? It’s so simple, mengutip dari salah satu buku favorit
saya, Agar Bidadari Cemburu Padamu, “Saat kemampuan menikah belum ditangan,
biarlah cinta berekspresi menjadi keshalihan, perbaikan diri hari demi hari..”
Bagi
kita, para wanita muslimah, mungkin tidak ada usaha lain selain menunggu dengan
penuh kesabaran. Eiiiitss, tapi janganlah menjadi penunggu pasif, kita harus
tetap aktif. Aktiflah melakukan hal-hal positif selama masa penantian ini, perbaikilah
diri kita hari demi hari, percayalah pada janjiNya, “...dan wanita-wanita yang
baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula)...” (QS.An Nuur:26)
Jagalah
diri kita selama masa penantian yang kita tak tahu kapan akan berakhirnya ini,
seperti nasehatNya, “Dan orang-orang yang belum mampu menikah,
hendaklah menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan
karunia-Nya.” (QS An Nuur:33).
Sincerely,
Riana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar