Hai para
warriors!
Kali ini
saya akan nulis tentang review pegalaman saya nonton Film Negeri Dongeng.
Jadi, sabtu lalu (28/10) Backpacker Karawang dan RIR outdoor mengadakan Nobar
Film Negeri Dongeng untuk yang ke-dua kalinya di Karawang. Dan antusiasme warga
Karawang untuk nonton film karya Anggi Frisca ini masih sangat tinggi, terbukti
dengan penuhnya dua studio yang di booked panitia. Awalnya film ini memang
nggak tayang di bioskop-bioskop Indonesia. Kalo mau nonton, ya harus lewat
nobar atau special screening. Nah, baru tanggal 26 Oktober kemarin film ini
bisa tembus ke bioskop, tapi itu juga cuma beberapa biskop tertentu, dan
Karawang tidak termasuk di dalamnya. Huft!
Film Negeri
Dongeng ini bercerita tentang apa sih? Jadi film ini adalah film dokumenter
yang menyajikan perjalanan 7 warriors aksa 7 : Anggi Frisca (Sutradara), Teguh
Rahmadi, Rivan Hanggarai, Jogie KM. Nadeak, Yohanes Pattiasina, Wihana Erlangga
dan dr. Chandra Sembiring (Produser) mendaki 7 gunung tertinggi di Indonesia;
Semeru (Jawa Timur), Binaiya (Ambon), Rinjani (Lombok), Bukit Raya (Kalimantan),
Kerinci (Sumatera Barat), Latimojong (Sulawesi) dan Cartenz (Papua).
Tiket, post card, dan poster oleh-oleh Nobar Negeri Dongeng kemarin |
Actually,
ini pengalaman pertama saya nonton film dokumenter. Kalo film tentang pendakian
sih udah beberapa kali, 5 cm dan everest diantaranya. Tapi asli beda banget
rasanya nonton film dokumenter yang bener-bener real dan drama yang cuma
skenario.
Awalnya saya
kira, akan ada banyak narasi seperti film dokumenter pada umumnya, dan akan
sedikit membosankan. Tapi saya salah besar. Di film ini sangat sedikit narasi,
hampir 80% nya dijelaskan oleh mata kamera. Asik banget deh asli filmnya!
Yang jelas
sih setelah selesai nonton film ini, saya bener-bener mau kasih 5 bintang untuk
mbak Anggi Frisca. The best lah pokoknya nih orang! Kayaknya nggak ada satu
apapun yang kurang dari film ini. Dapet banget! Dari alur, pendakian 7 gunung
yang dilakuin dari tahun 2014 itu harus dipadetin jadi cuma 2 jam tayang saja.
Tapi mbak Anggi sukses ngambil part-part yang bener-bener “bercerita” dengan
rapat, dari awal sampai akhir. Pun, alurnya diajak naik turun, susah susah
seneng, dimunculin konflik kemudian seneng lagi, konflik lagi, seneng seneng susah, sampe akhirnya di klimaks.
Arrrgghhhh... ngeseliiiin! Asik banget alurnya, ga monoton. Because life is
never flat, kata iklan mah.
Dari segi
penaataan musik, juga ketjeh badai. Dua OST dari Efek Rumah Kaca – Menjadi
Indonesia dan Ari Reda – Pada Suatu Hari Nanti bener-bener cocok untuk film
ini. Liriknya pun ngejlebbb...
“Ada yang
runtuh, tamah ramahmu, beda teraniaya
Ada yang
tumbuh, iri dengkimu, cinta pergi kemana?
Lekas,
bangun dari tidur berkepanjangan, menyatakan mimpimu”
-lirik lagu
Menjadi Indonesia-
“Pada suatu
hari nanti jasadku tak kan ada lagi
Tapi dalam
bait-bait sajak ini
Kau tak kan
ku relakan sendiri”
-lirik lagu
Pada Suatu Hari Nanti-
Dari segi
penataan gambar, saya mungkin ga terlalu paham. Tapi sinematografi dari film
ini cukup kok untuk memanjakan mata para penonton, showing how wonderful
Indonesia. Kebayang juga gimana capeknya para warriors ngangkut perlengkapan shooting
ke puncak 7 gunung tersebut. Padahal perlengkapan hidup sehari-hari di gunung
pun, kayak tenda, peralatan masak, logistik, baju, pasti udah bikin carrier
penuh. Ini ditambah lagi dengan kamera-kamera yang saya yakin nggak akan enteng
bobotnya. Pun, ngedaki sambil nenteng-nenteng kamera, ngambil view, nge-take
moment. Set dah, kalo saya mah kepikiran buat ngeluarin hp buat foto aja nggak,
kalo udah dijalur pendakian, muehehehe.
Last but not
least, dari segi cerita di dalamnya yang ingin disampaikan ke para penonton.
Banyak banget pelajaran yang bisa diambil, tentang kerjasama dan meredam ego
masing-masing, tentang perjuangan dan menantang diri sendiri untuk mencapai
tujuan, tentang mengenal dan menghargai budaya lain sekitar kita, tentang menjaga
dan mencitai alam semesta.
Honestly,
ada dua sisi yang bikin saya haru setelah nonton film Negeri Dongeng ini. Sisi
pertama haru karena bangga dilahirkan di Negeri Dongeng ini, Indonesia. Kekayaan
alam yang melimpah, Indonesia memproduksi hasil tanah dan laut terbaik; teh dan
kopi premium, terumbu karang terindah, hutan penghasil oksigen sebagai
paru-paru dunia, dan masih banyak lagi.
Tapi di sisi
lain, juga haru karena malu. Malu karena kita belum bisa menjaganya dengan
baik. Scene yang paling menyayat hati adalah ketika ngeliat sampah konsumsi
dari kapal laut yang bertong-tong itu langsung dibuang ke laut lepas. Ya Allah...
itu ikannya berenang sama sampah-sampah dong, belum lagi kalo mereka makan
sampahnya, belum lagi tempat hidupnya pasti tercemar, tingkat oksigen di laut
makin sedikit, nanti mereka pada mati, ekosistem lautnya pasti berantakan, tangkapan
para nelayan nggak sebanyak dulu lagi. Ayolah berpikir panjang sebelum kalian
ngebuang satu bungkus sampah pun ke laut atau tempat manapun yang emang bukan
alamnya si sampah untuk tinggal.
Juga ada scene
ketika seorang bapak pendaki menceritakan keresahannya, “Di satu sisi kita
nggak mau ada sampah di gunung, tapi di lain sisi juga kita yang bawa sampah ke
sana.” Saya langsung mikir, hmmm... iya juga ya. Da kalo nggak ada pendaki mah,
gunung bakalan bebas dari sampah, kan?
Di scene
selanjutnya ada mbak Anggi yang “marah-marah” karena logistik yang dibawa dari
Jakarta kebanyakan dibungkus sama wadah plastik, macem kopi, cemilan, sampe
bumbu spagethi. Dan akhirnya untuk meminimalisir sampah itu, mereka membuka
sachet-sachet logistik tersebut dan disatukan menurut macamnya di sebuah
plastik besar. Good idea, sih. Supaya nggak terlalu banyak sampah yang dibawa
turun. Inget ya, jangan tinggalkan apapun selain kenangan di gunung. Jangan
ambil apapun kecuali gambar di gunung. Bawa turun sampahmu, lupakan mantanmu!
Ehhh...
Di film ini juga
banyak scene-scene kocak yang bikin penonton ngakak. Diantaranya waktu Matthew (guest
expeditor) nanya, “Beta itu siapa?” terus Bang Teguh asal jawab, “Beta itu
tetangga kita, itu yang tukang....” hahaha, polos banget dah tuh bocah, ga tau
kalo beta itu dipakai untuk kata ganti saya di timur Indonesia sana. Seringkali
juga Bang Teguh ngomong non-sense dari
mulai pake logat cina sampe ambon, atau Bang Rivan yang suka joged-joged nggak
jelas. Scene-scene itu diplotkan di tempat yang pas, bikin penonton seger lagi dengan
punch-punch ringan tersebut.
Overall,
saya salute sekali lagi kepada Mbak Anggi Frisca. Do’i cewek loh, tapi nggak
pernah absen di pendakian 7 gunung ini, kadang juga cewek sendirian. Dan do’i
adalah sutradara alias otak dari proyek film ini. Sebagai ketua dari para
warriors aksa 7 yang keren-keren, yang kesemuanya juga pasti punya cara pikir
dan ego masing-masing. Dan satu poin kecil tapi menarik bagi saya adalah, semua
anggota tim masih memperlakukan mbak Anggi sebagai “cewek”. Keberadaannya
sebagai perempuan satu-satunya di dalam tim, nggak membuat para pria yang
membersamainya menganggap Mbak Anggi sama dengan mereka. Mbak Anggi tetap
diperlakukan “berbeda”, saat nyebrang sungai misalnya, Mbak Anggi selalu dijaga
minimal oleh seorang lainnya. Kadang-kadang mikir juga sama para aktivis
kesetaraan gender yang nyolot banget pengen ada kesetaraan antara cewek dan
cowok dalam segala hal. Padahal di perlakukan secara special itu asik loh :P
@riana_yah, mbak Anggi Frisca, @moh_parman |
Fortunately, kemarin kita bisa langsung meet up sama Mbak Anggi Frisca. Yup, beliau jadi ekspeditor tamu di Nobar Karawang kali ini, tepat di moment sumpah pemuda, setelah sebelumnya ada Bang Rivan yang dateng di Nobar pertama. Ketjeh emang Karawaaaang!
Intinya guys, Negeri Dongeng ini film keren, film asik, film karya anak bangsa yang wajib kalian tonton. Udah ada kok di beberapa bioskop di Indonesia, silahkan kepoin websitenya www.negeridongeng.co.id untuk info lebih lanjut. Atau kalian juga bisa ngikutin langkah para volunteer dari Karawang untuk ngadain nobar di daerah kalian yang nggak kebagian layar. Biar bisa seru-seruan kayak kita giniiiiii!!
Intinya guys, Negeri Dongeng ini film keren, film asik, film karya anak bangsa yang wajib kalian tonton. Udah ada kok di beberapa bioskop di Indonesia, silahkan kepoin websitenya www.negeridongeng.co.id untuk info lebih lanjut. Atau kalian juga bisa ngikutin langkah para volunteer dari Karawang untuk ngadain nobar di daerah kalian yang nggak kebagian layar. Biar bisa seru-seruan kayak kita giniiiiii!!
Karawang troops |
Salam
lestari!
@riana_yah
Selamat dan sukses buat nobarnya. Film yang keren!
BalasHapusTerima kasih teteh :*
BalasHapus