Ahad, 20 Desember 2015.
Sekitar pukul 8 pagi. Agak siang dari biasanya. Jadwal biasa
kami (FLP Karawang) menggelar taman bacaan gratis setiap ahad di pendopo
Lapangan Karang Pawitan Karawang sekitar pukul 7 pagi. Tapi pagi ini kami terlebih
dulu longmarch hingga kantor PEMDA Karawang,
membentangkan spanduk sepanjang 30 meter dan mengumpulkan dana bagi
saudara-saudara kita di Palestina dan Suriah. Relawan berbagai komunitas hadir
berkumpul di Masjid Al-Jihad Karawang sejak pukul 6 pagi, dari mulai Karawang Peduli, ACT (Aksi
Cepat Tanggap), 1 day 1 juz, Aku Berdonasi Karawang, Backpacker Karawang, dan
masih banyak lagi. Meski orangnya 4 L, Lu Lagi Lu Lagi :D
Bukan karena nggak ada lagi orang, bukaaan! Tapi kebanyakan
penyakit relawan atau aktifis ya bagitulah, mungkin kebanyakan energi sampe
jarang banget yang puas di satu komunitas. Iya kan? Ah, ngaku deh! Saya kasih
contoh nih, temen yang udah saya anggap jadi kakak saya sendiri (ngaku-ngaku,
siapa juga yang mau nganggap situ adiknya! XD) Teh Lina Astuti. Satu orang ini
harus jadi amoeba dan membelah diri (halaaah!) jadi pengurus di tiga komunitas,
Aku Berdonasi Karawang, Backpacker Karawang, dan FLP Karawang. Hebat, kan?
Siapa dulu adiknyaaa.. bukan saya!
Back to the line! Karawang
ituuu, masyaallah.. kepedulian untuk sesama-nya luaarrr biasaaa! Terbukti, dari
aksi #GEMPAR (Gerakan Masyarakat Peduli Palestina dan Suriah) yang sebentaran
itu, cuma sekitar tiga jam, tapi dana yang terkumpul, Alhamdulillah mencapai
sekitar Rp.3,6 juta. Kalian luaarrr biasaaa! Jazakallah khairan katsir, semoga
amal yang diberikan dibalas dengan sebaik-baik balasan oleh Allah SWT dan dapat
membantu meringankan beban saudara-saudara kita di Palestina dan Suriah. Pun, jangan
lupa untuk menyisipkan mereka di setiap do’a yang kita panjatkan. Agar kemanusiaan
dapat berdiri tegak di tanah Palestina dan Suriah.
Photo by: Syafroni Agustik |
Agenda selanjutnya setelah Aksi #GEMPAR adalah #NGAMPAR. Nggak
ada akronimnya sodarah-sodarah! Itu kata asli. Dari kata asal “hampar”. Coba cek
KBBI anda! Yup, kami menghampar tikar dan buku-buku, dari mulai buku anak,
remaja, hingga dewasa, dari mulai komik, fiksi, non-fiksi, hingga majalah untuk
dijadikan taman bacaan gratis. Program FLP Karawang ini sudah berjalan kurang
lebih 2 tahun, yang kami namakan #KM2 (Karawang Membaca dan Menulis). Tapi,
mulai ahad ini, #KM2 sudah diup-grade menjadi
#KM3, Karawang Membaca, Menulis, dan Memasang Puzzle!
Hafidz dan Ayah-Ibu |
Tadinya hanya sekedar jadi “mainan” bagi para relawan penjaga
taman baca. Tapi, diluar dugaan, ternyata puzzle-puzzle ini jadi satu atraksi yang
menarik perhatian anak-anak untuk mampir ke taman baca. Salah satunya Hafidz ini.
Usianya baru 3,5 tahun jadi belum bisa baca. Tapi betah bingit di taman baca,
ngutak-ngatik puzzle. Semua puzzle yang ada di taman baca sudah dicoba. Such a genius boy!
A Precious Princess |
Anak perempuan ini seneng juga main puzzle. Usianya 5 tahun,
baru masuk TK kecil. Tapi sudah bisa mengeja huruf 2 kata-2 kata. A precious princess bagi bundanya. Selagi
berbincang dengan bundanya, saya yang sok tahu nyeletuk, “Anak bungsu, bu?”
Karena melihat anaknya yang masih kecil dan bundanya yang mungkin sudah hampir
kepala 4. Tiba-tiba mata itu berkaca, “Anak pertama, setelah 12 tahun
pernikahan.” Huaaaah.. saat itu pingin banget noyor kepala sendiri! Makanya
jangan sok tau, woooy! A mistake, a big
mistake.. but, still need acting cool, “Oh.. anak satu-satunya?” Sang bunda
mengangguk, tersenyum. Ah, air mata bahagia sepertinya..
Ahad itu, masih ada beberapa pengunjung anak-anak lagi di
taman baca, tentu didampingi orang tuanya. Dan bagi saya yang suka sekali
anak-anak, tingkah mereka adalah the best
entertainment ever. Smiles come without me realize..
Bersama Mba Isa |
Ahad itu, semangat membaca dari anak-anak yang datang
membuat saya malu. Mereka yang masih belum bisa membaca dan hanya melihat
gambar-gambar di bukunya, mungkin membuka buku lebih sering dari pada saya. Mereka
yang masih terbata belajar membaca, mungkin membuka buku lebih banyak dari pada
saya.
Kemudian, soal menulis. Sudah berapa lama tidak menulis,
neng? Bahkan sekedar status facebook pun enggan saya tulis beberapa minggu ini.
Hanya sekedar like atau share status teman jikapun membuka jaring sosial itu. Beberapa
lomba sudah expired, tapi belum juga ada cerita yang ditulis. Belum ada ide. Mentok.
Saat ide nggak datang seperti yang kamu mau, itu artinya harus dicari. Saya tau
itu. Dan solusi terbaik untuk mencari ide untuk nulis adalah baca!
Booklist |
Untuk itu, empat buku di atas ini saya pilih untuk jadi
teman “bertapa” saya beberapa minggu ini. Empat buku dengan tema berbeda satu
sama lain. 1) Ranu, karya duet Ifa
Avianty dan Azzura Dayana yang menceritakan petualangan di Suku Baduy; 2) Cado-Cado 3, buku kocak calon dokter
yang katanya bikin Kang Tams (salah satu teman dari FLP Bandung yang sekarang
tinggal di Karawang) ketawa sendirian di kelas pas dosen lagi serius-seriusnya
ngajar; 3) Ayah, novel romantis karya
Andrea Hirata yang direkomendasikan Mba Nuy, teman sesama FLP Karawang; dan 4) Casual
Vacancy karya J.K.Rowling, semacam novel misteri detektif-detektifan gitu,
entah bisa selesai dibaca atau lambai-lambai bendera putih untuk novel tebal
ini.
Kemudian, kegiatan ahad itu... diakhiri dengan do’a
rabithah. Dalam lingkaran yang semoga disaksikan para malaikat-Nya. Hati-hati
saling berpaut. Uhibbukafillah..
Sincerely,
Riana
senyum-senyum 😄
BalasHapusKetularan bahasa kocak-nya mba Ifa Avianty, teh. Lagi baca "Ranu". Udah selesai sih.. Seperti biasa, tulisan mba ifa tak bisa dibiarkan kurang dari 24 jam, langsung ludes :))
BalasHapuswedewh mantap emang mpok yang satu itu. teteh beberap bulan ini belum ada buku yg kelar. baru-belum kelar-bosen-ganti
BalasHapus